GUNUNG BURANGRANG
Salam Lestari Buana Nusantara
Selamat malam sobat semuanya, Baiklah kali ini Admin akan memposting tentang Gunung Burangrang. Gunung Burangrang merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, tepatnya di Wilayah Provinsi Jawa Barat Indonesia. Gunung Burangrang mempunyai ketinggian setinggi 2.050 mdpl. Gunung ini merupakan salah-satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda di Zaman Prasejarah.
Gunung Burangrang mempunyai kawasan hutan Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous, Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Berdampingan dengan Gunung Tangkuban Perahu, Burangrang merupakan salah satu destinasi pendakian yang cukup menarik untuk dijajal. Medan tempuhnya yang tidak terlalu jauh tetap menyimpan pesona tersendiri. Di beberapa titik pendakian, kondisi jalur terbilang cukup memberi kesan menantang. Setidaknya, para pendaki akan menemui jalur dengan lebar yang tidak lebih dari 1 meter – kondisi di kanan-kiri jalur adalah jurang. Selain itu, beberapa meter menjelang puncak, pendaki juga dihadapkan dengan kemiringan punggungan gunung yang mencapai 60-70 derajat. Konsekuensinya, pendakian dilakukan dengan cara ‘memanjat’. Normalnya, waktu tempuh perjalanan dari pos lapor (pendaftaran) hingga ke puncak Burangrang (2050 mdpl) memakan waktu dua hingga tiga jam. Selama perjalanan tersebut, terdapat beberapa pos untuk beristirahat atau berkemah.
Jika sobat ingin kesana, Rute dari kota Bandung dengan menggunakan angkutan kota jurusan Terminal Caheum-Ledeng atau Terminal Leuwi Panjang-Ledeng. Dari terminal Ledeng untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan angkot lainnya. Waktu tempuh menuju terminal berkisar antara 10-20 menit tergantung kondisi lalu lintas di jalan. Dari Terminal Ledeng hanya berjarak sekitar 50 meter, terdapat sekumpulan angkot berwarna putih dengan trayek Ledeng-Parongpong. Modal transportasi inilah yang akan gunakan untuk meneruskan perjalanan.
Perjalanan menuju Parongpong terbilang singkat. Rute ini akan sangat ramai di akhir pekan. Kendaraan bermotor dengan pelat B akan hilir mudik melintasi jalan tersebut. Sebabnya adalah di beberapa titik di Jl. Sersan Bajuri ini terdapat berbagai fasilitas wisata yang sering dikunjungi oleh pelancong dari luar kota Bandung. Area wisata keluarga, perkebunan bunga, villa, sky dining resto and bar, serta komplek perkemahan merupakan rujukan wisata yang ditawarkan sepanjang jalan menuju Parongpong. Salah satu daerah terkenal yang dilewati rute angkot ini adalah Cihideung. Daerah ini terkenal sebagai sentra budidaya berbagai macam jenis bunga. Langit masih terbilang terang ketika angkot yang kami tumpangi berhenti di sebuah terminal kecil di Parongpong. Dari sini kita akan melanjutkan perjalanan dengan angkutan lainnya menuju Desa Kertamanah. Ada dua pilihan rute angkutan untuk mencapai titik awal pendakian ke Burangrang dari terminal ini. Pertama, mengunakan angkutan dengan trayek Parongpong-Padalarang. Kedua, angkutan dengan rute Parongpong-Cimahi. Rute angkutan manapun yang dipilih akan sama saja.
Perjalanan menuju Parongpong terbilang singkat. Rute ini akan sangat ramai di akhir pekan. Kendaraan bermotor dengan pelat B akan hilir mudik melintasi jalan tersebut. Sebabnya adalah di beberapa titik di Jl. Sersan Bajuri ini terdapat berbagai fasilitas wisata yang sering dikunjungi oleh pelancong dari luar kota Bandung. Area wisata keluarga, perkebunan bunga, villa, sky dining resto and bar, serta komplek perkemahan merupakan rujukan wisata yang ditawarkan sepanjang jalan menuju Parongpong. Salah satu daerah terkenal yang dilewati rute angkot ini adalah Cihideung. Daerah ini terkenal sebagai sentra budidaya berbagai macam jenis bunga. Langit masih terbilang terang ketika angkot yang kami tumpangi berhenti di sebuah terminal kecil di Parongpong. Dari sini kita akan melanjutkan perjalanan dengan angkutan lainnya menuju Desa Kertamanah. Ada dua pilihan rute angkutan untuk mencapai titik awal pendakian ke Burangrang dari terminal ini. Pertama, mengunakan angkutan dengan trayek Parongpong-Padalarang. Kedua, angkutan dengan rute Parongpong-Cimahi. Rute angkutan manapun yang dipilih akan sama saja.
Untuk memulai awal pendakian, bisa memilih rute masuk melalui pintu Komando. Pintu masuk ini berada tepat di pertigaan jalan ketika turun dari angkutan. Dari titik ini, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki (bisa juga menggunakan jasa ojek) menuju pos pendaftaran. Matahari sudah terbenam ketika kami sampai di pos awal dan segera melaporkan diri untuk pendakian. Ada dua pos awal yang harus dilalui sebelum pendakian. Pos pertama yang ditandai dengan gapura dikelola oleh pihak Perhutani. Sedangkan pos kedua merupakan pos penjagaan milik TNI yang ditandai pula dengan sebuah gapura bertuliskan Daerah Latihan Gunung Hutan – Korp Pasukan Khusus Angkatan Darat (KOPASSUS).
Saat ini kawasan Gunung Burangrang dikelola oleh PT. Perhutani dan sebagian lahannya juga dimanfaatkan sebagai hutan pegunungan tempat latihan militer KOPASSUS. Jadi, untuk memasuki kawasan ini biasanya agak sulit atau bahkan tertutup untuk pendakian ketika sedang digunakan latihan militer oleh pihak KOPASSUS.
Untuk sampai di Puncak Burangrang, dari pos pendaftaran membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 jam melalui trek yang bisa dibilang cukup bersahabat bagi pendaki pemula. Oleh karena itu, tak jarang pendaki yang melahap pendakian Gunung Burangrang ini dalam waktu sehari.
Sebelum memulai pendakian, di daerah pos pendaftaran kita sudah bisa menikmati pemandangan Kota Bandung dari kejauhan. Berjalan sedikit ke balik bukit, terlihat pula Gunung Tangkuban Perahu dan rangkaian hijau perkebunan teh serta Situ Lembang yang menawan.
Sesaat pendakian dimulai rangkaian pohon pinus yang berjajar rapi menyambut kedatangan kami. Setelah sekitar satu jam menikmati rangkaian hutan pinus, kita akan memasuki hutan alam dengan trek yang mulai menanjak, berliku, dan berbatu.
Dari titik inilah perjalanan mulai menantang dengan jalan naik turun bukit. Bahkan juga akan melewati jalan setapak dengan jurang di sisi kanan dan kiri.
Sebelum sampai di puncak utama tepatnya saat kita berada di punggung bukit puncak kedua, kita dapat melihat tugu berwarna putih yang menandai puncak Gunung Burangrang. Ya, puncak itu berada di seberang bukit.
Dari titik ini kami sudah bisa menikmati panorama rangkaian bukit dan pegunungan yang indah di atas awan. Terlihat juga jalur yang harus dilalui untuk mencapai puncak utama.
Untuk sampai di puncak utama, kita harus terlebih dulu mendaki trek berupa tebing batu yang cukup terjal setinggi kurang lebih 10 meter. Bentuk trek yang satu ini mirip dengan "Tanjakan Setan" di trek Gunung Gede. Puncak Gunung Burangrang luasnya hanya sekitar 25 meter persegi. Di sini kita bisa melihat dengan jelas Tugu Trianggulasi yang berwarna Putih setinggi 2,5 m.
Tugu ini berdiri kokoh sebagai penanda puncak tertinggi Burangrang. Di tugu itu tertulis nama Gunung Burangrang dengan ketinggiannya, 2.050 mdpl.
Seluas mata memandang, panorama alam pegunungan yang berbukit serta langit biru nan indah ini memanjakan mata kami. Dahsyat! Tak kalah dari pemandangan gunung-gunung lain yang lebih tinggi darinya.
Meskipun di puncak gunung ini tidak terdapat Anaphalis Javanica atau Edelweis si Bunga Abadi, pemandangannya tetap cantik bagai negeri di atas awan. Keadaan ini sudah lebih dari cukup untuk menghapus lelah selama perjalanan menuju puncak. Mungkin sobat PAS Mahaguru ada pengalaman-pengalaman tentang Mendaki Gunung ? ... Pasti banyak yaa.. Makanya Silahkan di Share yaa ... :D