Guru, Aktor Tanpa Tanda Jasa
KEMAJUAN di bidang teknologi dewasa ini menimbulkan dampak yang signifikan pada dunia pendidikan, salah satunya adalah munculnya tayangan edukasi di beberapa saluran televisi. Tayangan ini dibentuk oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ini bertujuan untuk memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas untuk menunjang pendidikan nasional dan tayangannya telah dirancang bagi seluruh peserta didik dari semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, praktisi pendidikan, dan masyarakat. Sayangnya, pengemasan yang kurang baik membuat siswa malas untuk menontonnya dan beralih ke tayangan hiburan yang bersifat kurang edukatif (atau bahkan tidak ada nilai edukasi sama sekali di dalamnya). Contohnya adalah sinetron yang menampilkan realita hidup yang tidak realistis, acara komedi yang mengandung kekerasan dan pelecehan, hingga acara infotaimen yang menunjukkan gaya hidup hedon seorang selebriti.
Dengan menjamurnya acara-acara tersebut, hal ini dapat menimbulkan paradigma baru yang dapat menyesatkan pola berpikir pelajar di bidang pendidikan, khususnya bidang sains. Sebagai contoh, dalam beberapa sinetron, sains diidentikan dengan hal-hal yang rumit dan membosankan atau sosok guru yang dianalogikan sebagai “malaikat pencabut nyawa yang menyeramkan”. Dengan penganalogian di atas, siswa akan merasa takut dan terbebani ketika mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas. Oleh karena itu, untuk membuat siswa nyaman saat mengikuti kegiatan belajar dengan baik, seorang guru sains harus dapat menjadi aktor yang baik saat kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.
Untuk menjadi seorang aktor yang mampu membuat para penonton bisa memahami penampilannya serta memahami pesan yang disampaikan, seorang guru membutuhkan banyak persiapan, baik pemikiran, perasaan, maupun latihan fisik. Untuk dapat mengajar secara efektif, seorang guru tidak hanya harus memiliki gagasan dan pengalaman tetapi juga mempu mengembangkan pengetahuan yang telah dikumpulkan dan membagikan gagasannya kepada siswa dalam kelas. Kemampuan untuk mengkomunikasikan pengetahuan inilah yang disebut dengan mengajar.
Layaknya seorang aktor, guru harus melakukan penelitian yang tidak terbatas pada materi yang akan diberikan, melainkan juga memahami respon-respon penontonnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Setelah guru melakukan hal ini, ia mempelajari semua hal yang berhubungan dengan tugasnya sehingga ia dapat memberikan performa terbaiknya dalam mengajar. Sebagai contoh, setelah guru biologi mempelajari dan memahami materi biodiversitas secara seksama, ia harus dapat memperbaiki keterampilan mengajar dan mengembangkan kemampuan mentransfer gagasan biodiversitas dengan menggunakan alat-alat peraga di dalam kelas. Kegiatan ini dapat menghasilkan manfaat bagi masing-masing pihak. Bagi siswa, kegiatan yang dilakukan ini dapat meningkatkan minat belajar, sedangkan bagi guru kegiatan ini dapat mempermudah pencapaian tujuan kurikulum. Dengan kegiatan seperti ini, siswa merasa tidak terbebani saat mengikuti kegiatan belajar.
Hal- hal tersebut tidak akan terjadi jika tidak ada niat dari dalam diri seorang guru untuk mengajar. Setiap guru harus berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam guna mengarahkan kegiatannya. Jika hal tersebut tidak dapat terimplemetasikan dengan baik, maka tahun demi tahun kualitas guru sebagai seorang aktor akan semakin turun dan menjadi sangat membosankan.
Kesimpulannya, untuk menghibur siswa yang merasa bahwa guru bukanlah seorang aktor atau harus bertindak sebagai aktor, sebaiknya dilihat dari proses bagaimana ia menjadi aktor yang nyata di dalam kelas. Mulai dari proses persiapan materi, mental, dan fisik untuk mengajar dan pilihannya untuk mengajar sebagai karier, mengabdi melalui bidang studi tertentu yang memerlukan waktu, uang, tenaga dan harus menguasai bidang serta belajar mengajarkannya kepada orang lain. Selain itu, tolak ukur berhasilnya seorang guru sebagai aktor adalah ketika ia mampu mengajarkan konsep pemikiran dibalik teori yang diajarkannya kepada siswanya tanpa harus kehilangan kepribadiannya yang asli.
Penulis : KALLIN PATRIDHINA MANIKA
(Mahasiswi Internasional Program on Science of Education, FPMIPA UPI)
Sumber : http://opini.berita.upi.edu/2013/11/06/guru-aktor-tanpa-tanda-jasa/
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Jangan Lupa Tinggalkan Komentar.
Tulis Komentar Yang Sopan Yahhh...